Senin, 28 Februari 2011

Jenis dan Cara Pembuatan Batik Pekalongan

Batik Pekalongan berdasarkan metode pembuatannya terdiri dari berbagai jenis, antara lain :
  1. Batik Tulis, yaitu batik yang motifnya dibentuk dengan tangan. Digambar menggunakan pensil dan canting untuk penutup atau pelindung terhadap zat warna.
  2. Batik Cap, merupakan batik yang pembuatan motifnya menggunakan stempel. Cap ini biasanya terbuat dari tembaga yang telah digambar pola dan dibubuhi malam (cairan lilin panas).
  3. Batik Sablon, jenis batik yang motifnya dicetak dengan klise / hand print.
  4. Batik Painting, batik yang dibuat tanpa pola, tetapi langsung meramu warna di atas kain.
  5. Batik Printing, adalah batik yang penggambarannya menggunakan mesin. Jenis batik ini dapat diproduksi dalam jumlah besar karena menggunakan mesin modern. Kemunculan batik printing ini dipertanyakan oleh beberapa seniman dan pengrajin batik karena dianggap merusak tatanan dalam seni batik, sehingga mereka lebih suka menyebutnya kain bermotif batik.
Dalam pembuatan batik, peralatan yang diperlukan adalah Kain Mori (bisa terbuat dari Sutra, Katun atau Campuran kain Polyester), Pensil untuk membuat desain batik, Canting yang terbuat dari bambu berkepala tembaga serta bercerat atau bermulut, berfungsi sebagai ballpoint / pulpen untuk menyendok lilin cair yang panas yang dipakai sebagai bahan penutup atau pelindung terhadap zat warna, Gawangan (tempat untuk menyampirkan / menjemur kain), Lilin, Panci dan Kompor Kecil untuk memanaskan lilin.

Langkah-langkah pembuatan batik tulis adalah sebagai berikut :
  1. Langkah pertama kita membuat desain batik diatas kain mori dengan pensil atau biasa disebut molani (membuat pola / gambar). Dalam penentuan motif, biasanya tiap orang memiliki selera berbeda-beda. Ada yang lebih suka membuat motif sendiri, namun yang lain lebih memilih untuk mengikuti motif-motif umum yang telah ada.
  2. Langkah kedua adalah menggunakan canting yang telah berisi lilin cair untuk melapisi motif yang diinginkan. Tujuannya adalah supaya saat pencelupan bahan kedalam larutan pewarna bagian yang diberi lapisan lilin tidak terkena. Setelah lilin cukup kering, celupkan kain kedalam larutan pewarna.
  3. Proses terakhir adalah nglorot, dimana kain yang telah berubah warna direbus dengan air panas untuk menghilangkan lapisan lilin, sehingga motif yang telah digambar sebelumnya terlihat jelas. Kita tidak perlu khawatir, pencelupan ini tidak akan membuat motif yang telah kita gambar terkena warna, karena bagian atas kain tersebut masih diselimuti lapisan tipis (lilin tidak sepenuhnya luntur).

Sabtu, 26 Februari 2011

Keistimewaan Batik Jlamprang


Motif – motif Jlamprang atau di Yogyakarta dengan nama Nitik adalah salah satu batik yang cukup popular diproduksi di daerah Krapyak Pekalongan. Batik ini merupakan pengembangan dari motif kain Potola dari India yang berbentuk geometris kadang berbentuk bintang atau mata angin dan menggunakan ranting yang ujungnya berbentuk segi empat. 

Keistimewaan Batik Jlamprang di Kota Pekalongan antara lain :
  • Batik Jlamprang ini diabadikan menjadi salah satu jalan di Pekalongan.
  • Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 1992 sesanti Kota Pekalongan didalam membangun masyarakat Kota dan lingkungannya adalah Pekalongan KOTA BATIK. Maksud dan tujuannya untuk mewujudkan masyarakat dan Kota serta lingkungan yang Bersih, Aman, Tertib, Indah dan Komunikatif. Arti Lambang Kota Pekalongan dimuat dalam tambahan Lembaran Daerah Swatantra Tingkat I Jawa Tengah tanggal 15 Desember 1953. Batik Jlamprang berada pada tengah lambang bermotif lingkaran berjumlah lima.

 

Jumat, 25 Februari 2011

Modernisasi Batik Pekalongan

Batik Pekalongan termasuk batik pesisir yang paling kaya akan warna. Sebagaimana ciri khas batik pesisir, ragam hiasnya biasanya bersifat naturalis. Jika dibanding dengan batik pesisir lainnya Batik Pekalongan ini sangat dipengaruhi pendatang keturunan China dan Belanda. Motif Batik Pekalongan sangat bebas, dan menarik, meskipun motifnya terkadang sama dengan batik Solo atau Yogya, seringkali dimodifikasi dengan variasi warna yang atraktif. Tak jarang pada sehelai kain batik dijumpai hingga 8 warna yang berani, dan kombinasi yang dinamis. Motif yang paling populer di dan terkenal dari pekalongan adalah motif batik Jlamprang.
Batik Pekalongan banyak dipasarkan hingga ke daerah luar jawa, diantaranya Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Minahasa, hingga Makassar. Biasanya pedagang batik di daerah ini memesan motif yang sesuai dengan selera dan adat daerah masing-masing.
Keistimewaan Batik Pekalongan adalah, para pembatiknya selalu mengikuti perkembangan jaman . Misalnya pada waktu penjajahan Jepang, maka lahir batik dengan nama’Batik Jawa Hokokai’,yaitu batik dengan motif dan warna yang mirip kimono Jepang. Pada umumnya batik jawa hokokai ini merupakan batik pagi-sore. Pada tahun enampuluhan juga diciptakan batik dengan nama tritura. Bahkan pada tahun 2005, sesaat setelah presiden SBY diangkat muncul batik dengan motif ‘SBY’ yaitu motif batik yang mirip dengankain tenun ikat atau songket. Motif yang cukup populer akhir-akhir ini adalah motif Tsunami. Memang orang Pekalongan tidak pernah kehabisan ide untuk membuat kreasi motif batik.

Batik Pekalongan

Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman.
Namun dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini.
Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisioanal dengan ciri kekhususannya sendiri.
Meskipun tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, namun menurut perkiraan batik sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut data yang tercatat di Deperindag, motif batik itu ada yang dibuat 1802, seperti motif pohon kecil berupa bahan baju. 
Namun perkembangan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Dengan terjadinya peperangan ini mendesak keluarga kraton serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah - daerah baru itu para keluarga dan pengikutnya mengembangkan batik. 
Ke timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkembang di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon dan Pekalongan. Dengan adanya migrasi ini, maka batik Pekalongan yang telah ada sebelumnya semakin berkembang.
Seiring berjalannya waktu, Batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan dengan daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Pekalongan kota dan daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo.